Sosialisme: Marx vs Durkheim
Sosialisme?
Kata ini dalam benak saya setara dengan keadilan, pemerataan, sama, dan minim kesenjangan seperti yang tampak dinyatakan oleh Marx. Sosialisme menjadi perbincangan yang cukup serius manakala kita mengingat apa yang dicita-citakan oleh Marx tentang kehidupan dalam
masyarakat.
Sosialisme seperti kata yang ‘positif’ bagi Marx dimana tidak ada lagi kelas dan sekat-sekat ekonomi dan kehidupan dalam masyarakat. Tetapi apakah masyarakat sosialis itu mungkin?
Itu adalah pertanyaan yang sering kali timbul dalam benak atau kepala ketika kita mengingat pernyataan Marx tentang Sosialis. Karena seperti yang kita tahu bahwa masyarakat bahkan pada masanya Marx sendiri telah diselimuti oleh apa yang kita sebut sebagai “kapitalis”. Wabah Kapitalis ini mulai merebak karena adanya Revolusi Industri yang fenomenal dan melahirkan banyak ilmu
sosial, terkhusus kajian sosiologi dalam melihat perubahan di masyarakat.
Kembali pada perbincangan tentang Sosialisme; “pada saatnya nanti sosialisme akan menggantikan kapitalisme..”(?) Mungkinkah?. Jika kita tilik dari pandangan Elik Olin Wright salah satu analis teori Marx yang membahas hal ini dalam pembahasan ‘Prospek Sosialisme’, Wright menyatakan bahwa pergeseran sukses untuk sosialisme adalah mungkin, tapi tidak mungkin selama dua masalah utama yang belum terselesaikan:
Pertama, kaum proletar harus menyadari bahwa ia memiliki kepentingan mendasar dalam penyebab sosialis.
Kedua, kaum proletar harus menjadi aktif terlibat dalam mengubah kapitalisme dari dalam struktur yang ada sendiri, terutama aparatur negara.
Jika kita lihat pernyataan Wright tersebut yang percaya bahwa Sosialisme itu mungkin asalkan ada kesadaran dari para proletar untuk terlibat aktif dalam mengubah kapitalisme. Pertanyaannya, “terlibat aktif bagaimana?”
Sekarang, mari kita beralih dari sosialisme Marx, menuju ke konsep Sosialisme menurut Durkheim. Jenis pemikiran sosialisme Durkheim sangat berbeda dari Marx dan para pengikutnya (Followersnya Marx..:D).
Durkheim sebenarnya menamakan istilah “Marxisme” sebagai :
‘seperangkat hipotesis yang dapat dibantah dan ketinggalan zaman’. Pengertian Marxisme ini mengacu pada kritikus Marx yang mendukung teori Marx atau membantah Teori Marx yang ketinggalan zaman.
Kembali berbicara tentang Sosialisme, menurut pandangan Durkheim, Sosialisme mencerminkan ‘gerakan’ yang diarahkan pada ‘pembaruan moral masyarakat’ melalui moralitas ilmiah dan ia tidak tertarik pada ‘metode politik jangka pendek’ atau pada ‘aspek ekonomi sosialisme’. Karena Durkheim tak melihat ‘proletar sebagai penyelamat masyarakat’ dan ia sangat
‘menentang agitasi atau tindak kekerasan’.
Maksud dari Durkheim sendiri bahwa ia tak tertarik pada ‘metode politik jangka pendek’, misalnya gerakan bersama melawan kapitalis. Dan ia juga tidak tertarik pada sisi ekonomis dari sosialisme yang dalam pandangan Marx adalah keadilan dan kesetaraan atau minimnya kesenjangan ekonomi pada masyarakat, apalagi jika untuk melawan kapitalisme dan meminimalisasi kesenjangankesenjangan dengan melakukan tindakan keras atau perlawanan langsung secara ‘barbar’ untuk memusnahkan kapitalisme dan mendirikan sosialisme.
Sebab, menurut Durkheim bahwa ‘sosialisme’ sangat berbeda ‘dari apa yang biasanya kita pikirkan’ sebagai sosialisme. Bagi Durkheim, ‘sosialisme mencerminkan sebuah sistem dimana didalamnya prinsip moral ditemukan melalui studi sosiologi ilmiah ditempat prinsip moral itu
diterapkan’. Karena memang pada dasarnya Durkheim adalah salah satu sosiolog aliran paradigma fakta sosial yang mengkaji masyarakat dari sisi moralitasnya, dan itu bisa kita lihat pada karyanya tentang ‘Suicide’ atau teori Bunuh Diri.
Intinya Sosialisme adalah berbeda jika kita melihat dari sudut pandang pikiran masing-masing, dan sudah tercontohkan dari perbedaan pikiran Marx dan Durkheim tentang wujud sosialisme. Dari hal ini kita dapat menyimpulkan tentang sosialisme, tentang prospeknya dari sisi Marx dan wujudnya dari sisi Durkheim. Jika saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa masa depan
Sosialisme atau terwujudnya masyarakat Sosialisme seperti yang diidamkan oleh Marx ditengah kungkungan kapitalisme itu akan selalu dan terus menjadi tanda tanya besar, “mungkinkah terjadi?”
dan pertanyaan selanjutnya “bagaimana kita tahu bahwa masyarakat atau dunia telah menjadi ‘sosialisme’, apa wujudnya?”
Tetapi jika kita melihat dari sudut pandang Durkheim yang menekankan pada sisi moralitas, bahwa ‘masyarakat sosialisme tergantung pada masyarakatnya’, maksud dari pernyataan yang saya
buat itu adalah bahwa untuk dapat mewujudkan sistem masyarakat sosialisme dalam kehidupan dunia ini, maka yang diperlukan adalah reformasi masyarakat untuk menjadikan dirinya sosialis.
Kesadaran akan hidup bersama dan bukannya menunggu mimpi terjadi revolusi sistem kehidupan didunia. Dari sisi moralitas Durkheim, perlu adanya kesadaran moral dari masyarakat untuk mewujudkan sosialisme dalam masyarakat, yaitu masyarakat harus mereformasi dirinya.
Kedua simpulan tentang prospek sosialisme itu masih samar, dan bisa dikatakan ‘mungkin’ dan ‘tak mungkin’. Karena jika kita lihat prospek sosialisme dari sisi Marx tentang minimalisasi kesenjangan kelas sosial dan pemusnahan masyarakat kapitalis adalah seperti berharap: “andai waktu bisa
berputar kembali..” (Hmmm..:P_). Atau jika dari prospek sosialisme Durkheim tentang kesadaran moral masyarakat untuk bertindak dan mewujudkan sosialisme, hmmm... seperti menunggu seluruh dunia bertobat dan tak lagi melakukan dosa..
Intinya, itu hanya sedikit pembicaraan tentang sosialisme, yang sering muncul di benak saya tentang kemungkinannya. Terimakasih..
analisis
BalasHapus